Kamis, 13 Mei 2010

cerita indah dari pulau yang indah

Namanya Pak Sapri. Dia adalah nelayan cumi- cumi dari pulau derawan. Kemana- mana membawa sepeda tuanya. Setiap hari dia melaut di pagi hari, untuk menangkap cumi- cumi dengan cara memanah. Nah, bedanya dengan nelayan lain yang rata- rata menjual hasil tangkapannya ke pengumpul atau ke TPI langsung, dia menjual hasil tangkapannya langsung ke restoran2 atau pun dimakan sendiri untuk keluarganya. Dia bilang lebih senang menghabiskan waktu dengan keluarganya, dibanding terus- terusan melaut untuk mendpatkan rupiah yang melimpah.

Dia sangat membantu kami, ikhlas, saya tahu itu. Benar2 beda dengan warga lokal lain yang biasa saya temui pada saat proses peliputan, yang menganggap bahwa proses syuting itu memiliki budget yang melimpah, dan mereka mendapat bayaran yang besar (padahal boro2…).

Ada juga pak Agus. Nelayan harian ini sangat pintar. Walau lulusan SD, bukan hanya menguasai teknik pancing tradisional dan modern, serta navigasi laut dan musim, dia juga sangat mengerti tentang geografi dan politik. Mengobrol dengannya seakan tidak habis bahan pembicaraan. Selalu saja ada yg keluar dari mulutnya.

Ada lagi Pak Lepri, karyawan UPT Dinas Kelautan dan Perikanan yang sangat membantu dan menyiapkan segala sesuatu keperluan peliputan kami, dan tanpa pamrih. Masih saya ingat, semua crew ini hampir bermalam di tengah laut karena mesin perahu yang tiba- tiba mati, dan menunggu kapal jemputan datang. Kita malah bercanda, tertawa- tawa, memancing sampai alat pancing nyaris rusak karena ulah teman saya, dan tidak ada beban di wajah mereka, tulus.

Oh ya, orang- orang ini sangat peduli dengan lingkungannya. Baru kali ini saya melihat perkampungan nelayan yang sangat bersih dan terawat. Pagi dan sore hari, bergantian para ibu menyapu halaman rumah dan jalan setapak di pulau kecil ini. Bagian belakang rumah panggung yang langsung menghadap ke laut, masih sangat bersih. Mereka memberi makan penyu2 hijau yang lalu lalang di belakang rumah mereka. Tidak ditangkap, dipelihara, apalagi dikonsumsi. Dibiarkannya saja aneka makhluk laut itu di habitatnya. Mereka hanya merawat dan memelihara.


Hmm.. berharap suatu hari bisa kembali lagi ke sana.

Akan selalu saya ingat kebaikan hati orang- orang dari pulau kecil ini, pulau indah dengan manusia2 yang”indah” di dalamnya. Yang sangat ikhlas membantu dengan setulus hati. Mereka orang- orang pintar yang sangat tahu bagaimana menjaga desanya, menjaga lingkungannya, dan menjaga keramahtamahannya dengan pendatang.

Ah.. bukan kesan wisata dan alamnya saja, tapi manusia- manusia dari pulau kecil di timur borneo ini akan selalu saya kenang..