Kamis, 12 Juni 2008

Hujan Bulan Juni dan sepenggal kisah pada bulan Juni

Minggu yang cukup melelahkan. Tapi ga tau kenapa jadi semangat beresin kerjaan kantor dan laporan kerja praktek tiap denger lagu-lagu dari puisi Sapardi Joko Damono yang dibawain oleh Dua Ibu.

Lucu juga inget pertama kali baca puisi-puisinya Sapardi. Waktu itu, Juni 2002, gw ikutan les Bahasa Perancis di salah satu universitas di lampung. Sebagai siswi yang paling kecil dan imut (semuanya mahasiswa, dan gw dengan PDnya masuk universitas pake seragam SMA sendirian!), gw jelas menjadi sasaran empuk dari si teacher (M. siapa ya gw lupa namanya).
Karena ga ngerti apa yang diomongin si teacher, gw mohon-mohon bantuan seorang mahasiswa yang duduk di sebelah gw dan ga gw kenal.
Sayangnya dia malah asyik baca buku dan ga nanggepin gw sama sekali.
Dan gw sukses diketawain sama mahasiswa-mahasiswa budiman itu.

Pulangnya, cowo di sebelah gw itu baru "ngeh" kalau gw dari tadi ngomong bahasa tarzan ke dia. Eh dia malah kasih buku yang dia baca sambi nyengir dan ninggalin gw tiba-tiba.

Dari situ gw mulai kenal dengan karya-karyanya Sapardi Joko Damono lewat buku Hujan Bulan Juni. Dari situ juga gw mulai kagum dengan rangkaian huruf olahan Sapardi yang bisa mengandung makna yang sangat indah.

Karena kesibukan sekolah yang cukup padat, gw terpaksa harus berhenti les. Buku Hujan Bulan Juni belum sempat gw balikin sampai sekarang. Bahkan gw ga tau nama cowo itu siapa,hehe.

Cerita klasik memang. Tapi pertemuan gw dengan Hujan Bulan Juni-nya Sapardi yang menurut gw cukup unik dan berkesan dan memang tepat di bulan Juni.

Selain Hujan Bulan Juni, dari 11 puisi yang dijadiin lagu, gw paling suka puisi yang ini :

Sajak Kecil Tentang Cinta

Mencintai angin harus menjadi siuk
Mencintai air harus menjadi rincik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat

Mencintai cakrawala harus menebas jarak
MencintaiMu (mu) harus menjelma aku

Kata-kata di puisi ini memang singkat, tapi padat dan maknanya dalem banget. Dari kata-kata tersebut Sapardi menggambarkan, kalau kita ingin mencintai sesuatu, kita harus menjadi bagian dari yang kita cintai. Walaupun baris terakhir agak absurd, karena bisa jadi cinta terhadap Tuhan atau lawan jenis. Gw setuju banget!! Semoga aja gw bisa menjadi bagian dari setiap hal yang gw cintai. :)